Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Jumat, 06
September 2013
First Sight |
Tangannya
adalah tangan seniman. Tempatnya menyuratkan gelombang hati. Otaknya khas
seorang konseptor handal. Dengan kecerdasannya mengolah sastra, saya
mengaguminya, dalam kecerdasannya mengolah ide, saya menyukainya sekaligus
membencinya. Dia, selalu menjadi yang pertama memangkas konsep yang telah saya
olah dengan apik. Arrghh selalu ada tempat baginya untuk mencari cela saya,
membuat saya mengolah ulang konsep saya dan berfikir keras untuk mengomunikasikannya
pada yang lain. Dia sangat merepotkan!
Baginya, dalam sebuah pertemuan
pertama lalu melakukan perkenalan itu tidak terlalu penting. Baginya pertemuan
pertama tanpa follow up itu nothing. Dua hal yang berbeda dengan saya.
Dalam kelas pertama, adanya
perkenalan itu wajib sepertinya. Meski mengenal adalah tentang sebuah proses
interaksi yang cukup lama dan tidak bisa dalam waktu singkat, namun perkenalan
akan menjadi ajang pengidentifikasian tentang lingkungan juga orang orang baru
yang ada disekitar kita. Mulai dari nama, latar belakang, kegemaran, karakter,
kesan pertama selalu mewakili. Bahan dasar dalam resep mengenal insan sekitar.
“Lantas follow up ketika telah
kenal, setelah tahu karakter juga keahliannya misal? Nyata selama ini tidak
semua berjalan dan diolah sesuai dengan jalur keahliannya masing masing!”
sergahmu memotong. Menautkan dua alis mata saya.
Follow up? Dalam sebuah follow up,
ada konsistensi untuk tetap melangkah dijalur yang dipilihnya. Ada komitmen
yang terbangun dalam landas ikhlas. Tidak berjalannya mereka pada jalurnya
bukan karena tidak ada follow up. Bukankah kamu menyaksikan sendiri, bagaimana
mereka pelan pelan tersapu seleksi alam. Menyisakan beberapa yang mungkin masih
dalam tahap menimba ilmu, jadi belum mampu mengaplikasikan dengan profesional.
“Nah itu, follow up awal sebelum
tindak lanjut berjalan jauh. Ya, paling tidak benih follow up yang ditanam
diawal jumpa itu!” kejarnya terus.
Hei, bukankah ada tugas kelompok
disana? -_- bahkan saya menjelaskannya hingga berbusa. Tugas kelompok yang
mendasari mereka membangun kebersamaan, saling menunjukkan keahlian masing
masing untuk melengkasi sebuah pementasan bersama. Disanalah benih benih follow
up tertanam. Seharusnya, ketika memang konsistensi dan komitmen mereka tidak terlalu
kokoh hingga lambat laun tersapu seleksi alam serta menyisakan segelintir insan
yang setia akan langkah awalnya, ya artinya merekalah benih yang wajib di
follow up lebih lanjut, yang harus dijaga, disemai penuh cinta. Dan saya sangat
berharap hal itu tidak berasal dari satu sisi, namun juga semua lini
organisasi. :’) bukankah kita satu kesatuan? Dimana kesalahan atau kebenaran
berasas kekeluargaan, suatu hal yang dimusyawarahkan terlebih dulu, suatu hal
yang disepakati bersama sebelumnya. Dan menyalahkan salah satu pihak sebab
terjadi ketimpangan, menurut saya bukan tindak adil. :’) bukankah mereka yang
mewariskan kekeluargaan ini? bukankah mereka yang menebar benih kebersamaan
ini? namun, mengapa sekarang malah memangkas benih muda yang sedang akan tumbuh
:D Miris dan mengundang tangis? Tidak, hanya terlalu lucu hingga tawa berakhir
tangis. :D
Baiklah, kembali pada proses
perkenalan itu. Jika masih belum paham juga. Kita ibaratkan begini. Mereka
adalah korban dari love at first sight! Jatuh cinta pada pandang pertama, lalu
memutuskan untuk mengenal lebih jauh. Dan pertemuan pertama akhir september
esok adalah pertemuan pertama setelah jatuh cinta. Pertemuan pertama ketika
asmara telah ada diantar dua pihak, sangat penting untuk disikapi dengan terbuka.
Dengan ajang perkenalan itu tentunya. Serupa tindak preventif akan adanya
prasangka ketidakpedulian, pencegahan prasangka kenihilan kesempatan menyapa
lebih jauh.
Saya baru ingat. Dalam manajemen
kelas bukankah ada tahap pengidentifikasian peserta didik? Mata kuliah yang
saya rasa ada pada setiap program studi dalam fakultas keguruan. Serupa
pengidentifikasian itulah perkenalan pada pertemuan pertama. Untuk mengenal
sedikit lalu dari yang sedikit dikembangkan dalam proses pembelajaran berdasar
potensi mereka.
Baiklah selamat menjadi si mulut
berbusa lagii :D kyaaaa semangat Ris!
“All iz well!”
0 comments:
Post a Comment